WELCOME

Senin, 02 April 2012

Penyebab Baglog Jamur Tiram Sulit Panen



Suatu ketika ada beberapa pembudidaya jamur yang bertanya mengenai  baglog jamur yang dia budidayakan. Pertanyaannya yaitu kenapa baglog jamur yang sudah tumbuh penuh sulit keluar bakal jamurnya. Pertanyaan ini  mungkin bisa diperjelas lagi, yaitu baglog sulit keluar jamur pada awal pembukaan dan lamanya rentang antar panen pada baglog jamur. Penyebab pemasalahan ini bukan hanya pada petani yang membudidayakan baglog jamurnya, tapi juga pada proses pembuatan baglog jamur, yaitu pada petani penyedia baglog jamur.
- Permasalahan yang disebabkan oleh pembudidaya baglog jamur yaitu karena rumah/kumbung jamur kurang ideal untuk pertumbuhan jamur. Bisa dikarenakan desain kumbung  jamur yang kurang tepat, antara lain:




1. Atap kumbung terlalu rendah, sehingga ruangan menjadi pengap/ sumuk dan akan mudah meningkatkan suhu ruangan. Artinya kondisi ruangan tidak memenuhi syarat tumbuh jamur.  Kecuali jika pendirian kumbung berada di bawah pohon yang teduh dan rindang.

2.  Kumbung jamur terlalu gelap karena tertutup rapat tanpa sirkulasi, hal ini akan menghambat pertumbuhan pin head/ bakal jamur. Pada masa pertumbuhan jamur pada baglog, butuh pencahayaan sebesar 10-15 %. Bukan sinar matahari langsung yang masuk ke dalam kumbung.
- Sedangkan bagi pembudidaya jamur, perlu dilakukan perawatan baglog secara  rutin selama masa produktir.  Lakukan pembukaan pada bagian depan baglog, baglog yang dibuka adalah baglgo yang pernah panen minimal  1 kali. 


Lakukan selalu peremajaan pada bagian baglog yang rusak/ kotor, yaitu dengan membersihkan bagian yang rusan sampai terlihat bagian baglog yang putih. Tujuannya adalah untuk memicu pertumbuhan bakal jamur lagi. Pembukaan seperti diatas bisa dilakukan bila kondisi suhu dan kelebaban bisa dijaga ideal, karena jika tidak (suhu lebih dari 28′C dan kelembaban kurang dari 70%) akan menyebabkan terjadi penguapan yang tinggi yang mengakibatkan baglog menjadi kering. Jika tidak memungkinkan untuk melakukan pembukaan, anda bisa melubangi atau menyobek (sambil dilukai baglognya) seukuran 1×1 cm sebanyak 2-4 bagian pada sisi depan dan belakang. Hal ini bisa mengurangi penguapan yang tinggi.

- Dan terakhir,  pada proses pembuatan baglog jamur. Dari pengamatan dan studi banding yang telah kami lakukan, bahwa baglog jamur akan mengalami kesulitan pada pertumbuhan pih head/ bakal jamur pada awal panen dan pada pertumbuhan berikutnya dikarenakan serbuk kayu yang dipakai dalam pembuatan baglog masih belum benar benar lapuk. Hal ini akan menghambat penyerapan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakal jamur. Ada beberapa tanda dan akibat dari pemakaian serbuk yang masih mentah/ belum lapuk, antara lain:

1. Pada permukaan baglog akan tumbuh daging berwarna kekuning kuningan ( ngoncom), dan akan tampak jika baglog sudah mulai dipenuhi miselium jamur.

2. Keluarnya pin head/ bakal jamur sejak pembukaan pertama sangat lama, antara 3-4 minggu, padahal idealnya 1-2 minggu sejak pembukaan.

3. Jarak panen dengan panen sebelumnya sangat lama, bisa jadi tidak panen lagi dan baglog akhirnya menjadi membusuk, padahal masih dalam masa produktif.

4. Baglog tidak bisa berwarna putih pekat seperti tempe.

5. Jamur yang tumbuh akan layu dan kering sebelum waktunya panen. Hal ini disebabkan penyerapan nutrisi pada baglog kurang optimal, karena serbuk yang belum lapuk akan sulit untuk diuraikan menjadi makanan bagi jamur.

Oleh sebab itu, usahakan agar serbuk kayu yang dipakai dalam kondisi melapuk, adapun cara untu melapukkan adalah:
1. Biarkan serbuk kayu di tumpukan luar atau yang sudah dibungkus glangsing  selama minimal 3 minggu, agar terjadi pelapukan alami. Bisa dibantu dengan menyirami serbuk dengan air dengan tujuan agar resin/ getah kayu bisa larut ke bawah, sehingga pelapukan semakin cepat.

2. Lakukan pengomposan/ fermentasi pada media baglog yang sudah diacampur dengan bahan lain dan sudah diraduk dengan air. Waktu pengomposan selama minimal 3 hari. Caranya, tutup rapat saduran tadi dengan plastik atau apapun yang bisa buat nutup. 


Selamat mencoba!!!




Tata Cara Budidaya Jamur Tiram


Sebelumnya anda harus menyiapkan segala hal / alat alat yang akan digunakan untuk berbudidaya Jamur Tiram ini , Peralatannya sederhana , silahkan anda menyimak penjabaran berikut :
  • Untuk Menyiapkan Media Tanam
    -  Cangkul (untuk mencampur)
    -  Drum untuk merebus
    -  Kompor (bisa kompor Gas / Kayu Bakar)
  • Peralatan untuk Wadah Media Tanam
    - Kantung Plastik Tahan Panas dengan Ukuran : 15 cm x 25 cm / 17 cm x 30 cm
    - Karet Gelang (sebagai pengikat)
    - Potongan Kertas (recomended Koran)
    - Potongan Pipa Paralon diameter 1 inc sepanjang 1 meter saja
  • Bahan – BahanBudidaya Jamur Tiram :
    - Serbuk Geraji sebanyak 100 Gram
    - Dedak Halus 10-15 kg
    - CaSO4 (gipsum) 1/2 kg
    - CaCO3 (kalsium/kapur) 1/2 kg
    - Pupuk TSP 1/2 kg
    - Bibit Jamur 25 Kantung
    - Air Secukupnya
Proses Pengomposan :  Sebelum ditanami bibit jamur, media tanam perlu dikomposkan terlebih dahulu selama lima belas hari. Adapun caranya sebagai berikut.
  • Rendam serbuk gergaji dalam air bersih selama satu malam.
  • Selanjutnya, tiriskan serbuk gergaji dan tambahkan kapur serta bekatul. Aduk semua bahan hingga merata. Diamkan selama lima hari.
  • Aduk kembali bahan-bahan sambil ditambahkan pupuk TSP. Biarkan selama lima hari.
  • Semua bahan kemudian diaduk kembali sambil ditambahkan gipsum. Biarkan selama lima hari dan proses pengomposan pun selesai.
Proses Pembungkusan : Pembungkusan media tanam dilakukan dengan cara berikut.
  • Masukkan media tanam yang telah dikomposkan ke dalam kantung plastik. Isi kantung plastik kurang lebih ¾ bagian, sedangkan yang ¼ bagian ditekuk ke dalam.
  • Letakkan kantung plastik yang telah diisi (polybag) dengan posisi terbalik, yaitu bagian yang ditekuk ditempatkan di bawah.
Proses Sterilisasi : Setelah dimasukkan ke kantung plastik, media tanam harus disterilisasi. Adapun caranya sebagai berikut.
  • Siapkan peralatan sterilisasi, yaitu kompor dan drum perebus.
  • Letakkan sarangan kira-kira di 1/3 bagian bawah drum.
  • Isi drum perebus dengan air bersih kira-kira ¼ bagiannya.
  • Nyalakan kompor dan masukkan media tanam ke dalam drum.
  • Lakukan proses strerilisasi selama 6 – 8 jam.

Teknik Penanaman Bibit

Penanaman bibit disebut juga inokulasi. Inokulasi sebaiknya dilakukan tidak melebihi  24 jam setelah proses sterilisasi. Adapun tekniknya sebagai berikut.
  • Setelah proses sterilisasi selesai, keluarkan polybag dari drum dan biarkan sampai dingin.
  • Selanjutnya, masukkan bibit di bagian atas polybag.
  • Masukkan potongan pipa pralon ke ujung polybag, kemudian tutup dengan kertas koran dan ikat dengan karet gelang.
Pemeliharaan dan Inkubasi : Letakkan polybag yang telah diinokulasi di rak. Sebaiknya, rak ditempatkan dalam ruangan sehingga suhu dan kelembabannya stabil karena tidak terpengaruh udara luar. Suhu terbaik untuk pertumbuhan jamur antara 24 – 28ᵒC, sedangkan kelembaban udara antara 80 – 90 persen.
Kemudian, polybag dibiarkan selama 6 – 8 minggu hingga miselium (sekumpulan benang jamur yg membentuk sebagian besar tumbuhan jamur) tumbuh memenuhi kantung plastik. Setelah miselium tumbuh, polybag dibuka dengan melepas karet dan pralon. Selanjutnya, plastik disibak keluar sehingga permukaan media tanam jamur mendapat udara.
Pemanenan : Setelah polybag dibuka, jamur tiram akan tumbuh. Satu minggu kemudian sudah ada jamur yang siap dipanen. Setiap polybag dapat dipanen hingga 4 – 6 kali. Masa panen dapat berlangsung selama 2 – 3 bulan.

 
sumber: http://cookies.web.id/2012/03/tata-cara-budidaya-jamur-tiram.html


CARA BUDIDAYA JAMUR TIRAM


KEUNGGULAN jamur tiram cukup banyak, selain harga yang relatif mahal, tingkat keuntungan yang dihasilkan relatif tinggi, umur singkat, tanaman ini juga sangat laku di pasaran.
Selain itu, keunggulan lainnya, cara budidaya mudah dan dapat dilakukan sepanjang tahun dan tidak memerlukan lahan yang luas.

“Jamur tiram cukup toleran terhadap lingkungan dan dapat dijadikan sebagai pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan,” kata Krisnadi, petani jamur tiram Pontianak.
Diversifikasi produk jamur tiram cukup banyak dapat bentuk segar, kering, kaleng, serta diolah menjadi keripik, pepes, tumis, dan nugget.


Rantai budidaya jamur tiram dimulai dari; serbuk gergaji, pengayakan, pencampuran, sterilisasi, inokulasi, inkubasi, spawn running, growing, dan pemanenan.
Krisnadi kemudian menjelaskan secara rinci mengenai budidaya jamur tiram. Untuk media tanamnya dapat berupa serbuk kayu (gergajian), jerami padi, alang-alang, limbah kertas, ampas tebu dan lainnya.


Sebagai campuran dapat ditambahkan bahan-bahan lain berupa bekatul (dedak) dan kapur pertanian dengan perbandingan 80:15: 5. Media dimasukkan dalam plastik polypropilen dan dipadatkan kemudian diseterilisasi selama 10-12 jam.


“Sterilisasi bertujuan untuk menekan pertumbuhan mikrobia lain yang bersifat antagonis dan menjadi penghambat pertumbuhan bagi tanaman induk dalam hal ini jamur tiram,” katanya.


Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara memanaskan baglog dengan uap panas selama 8-12 jam pada suhu ± 95 °C. Setelah sterilisasi selesai, baglog didinginkan dalam ruangan tertutup selama 24 jam untuk menghindari kontaminasi baglog.


Tahapan selanjutnya adalah proses inok ulasi. Inokulasi adalah proses penularan miselium dari bibit (F3) ke media tanam. Proses ini dilakukan dengan steril dan dalam ruang inokulasi. Mengenai bibit, sebelumnya ia mendapatkannya dari Lembang dan Jogja. “Sekarang kami sudah bisa memproduksi sendiri,” katanya.


Proses lanjutan yakni masa inkubasi yakni tahap penumbuhan miselia jamur. Proses ini memerlukan waktu kurang lebih 40 - 60 hari sampai baglog berwarna putih. Krisnadi menegaskan, suhu ruang inkubasi harus dijaga dalam kondisi yang stabil dan rendah cahaya 22- 28 °C dengan kelembaban 70 – 90 %.Setelah baglog berwarna putih merata, kemudian dipindahkan ke kumbung. Biasanya, umur baglog yang dipindahkan telah mencapai 40 hari.


Proses penumbuhan tubuh buah diawali dengan membuka ujung baglog untuk memberikan 02 pada tubuh buah jamur. Biasanya 7 -14 hari kemudian, tubuh buah akan tumbuh.
Setelah 7-30 hari sejak penyobekan baglog akan tumbuh tubuh buah yang terus mernbesar hingga mencapai pertumbuhan optimal yang siap dipanen (3-4 hari).
Kata Krisnadi, selama masa pemeliharaan suhu dan kelembaban udara harus dijaga dengan baik pada kisaran suhu 20 - 22 °C dan kelembaban 95 - 100 %, dengan cara pengembunan kumbung.


“Panen pertama 30 hari sejak penyobekan baglog, sedangkan pemanenan berikutnya setiap 10-14 hari. Tubuh buah yang sudah siap panen harus segara panen agar kualitas jamur baik,” katanya.


Bagaimana penanganan pascapanen? Kata dia, segera bersihkan jamur dari kotoran yang menempel pada tubuh buah jamur. Hal itu bertujuan untuk menjaga daya tahan produk.
“Jamur tiram segera disimpan dalam freezer agar tahan dalam waktu 1 sampai dua minggu,” katanya. Sementara untuk produk jamur kering, dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari selama kurang lebih 5 hari.

sumber: http://efprizan.blogspot.com/2008/05/keunggulan-dan-cara-budidaya-jamur.html